Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PERBEDAAN METODE BINA MARGA (CQCMU) DENGAN ASPHALT INSTITUTE


Menurut metode pencampurannya, aspal beton dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Aspal yang bersumber kepada Asphalt Institute, dinamai aspal beton Amerika.
2. Aspal beton durabilitas tinggi, yang dikembangkan oleh CQCMU, Bina Marga, Indonesia. Bersumber dari BS 594, Inggris.
Nah apa saja sih perbedaannya? Perbedaannya adalah sebagai berikut :

METODE BINA MARGA (CQCMU)

1. Kriteria dasar rongga udara.
Rongga udara bertujuan untuk meningkatkan durabilitas dari aspal, selain itu rongga udara juga berfungsi untuk tempat larinya aspal agar tidak terjadi bleeding.

2. Langkah pertama menentukan kadar aspal efektif sesuai spesifikasi dari jenis perkerasan yang direncanakan.

3. Kadar aspa lebih tinggi, film aspal lebih tebal, sehingga durabilitas lebih tinggi.
Durabilitas tinggi akan membuat aspal tahan terhadap pengaruh oksidasi dan suhu udara, tahan terhadap aksi perusakan air, tidak mudah pecah atau kokoh akibat tumbukan roda.

4. Baik untuk volume lalu lintas rendah sampai tinggi dengan beban ringan terutama kendaraan penumpang.
Jalan ini biasanya untuk jalan area perkotaan yang hanya dilewati kendaraan penumpang saja. Untuk kendaraan berat seperti truk atau lainnya disarankan untuk tidak melewati jalan ini, karena akan mengurangi umur jalan.

5. Stabilitas berasal dari ikatan antara butir-butir halus dan agregat kasar dengan aspal.


METODE ASPHALT INSTITUTE

1. Kriteria dasar stabilitas.
Campuran aspal dapat menahan deformasi akibat beban tetap dan berulang-ulang tanpa mengalami keruntuhan.

2. Langkah pertama perencanaan campuran adalah merencanakan proporsi penakaran sehingga diperoleh gradasi agregat campuran yang memenuhi spesifikasi.

3. Kadar aspal rendah, film aspal tipis, retak-retak mudah terjadi.
Tidak tahan terhadap cuaca, iklim, pelapukan, dan perusakan dari beban roda kendaraan.

4. Baik untuk volume lalu lintas tinggi dengan beban berat (banyak kendaraan berat).
Dengan diutamakannya stabilitas maka campuran memiliki kekuatan geser karena adanya tahanan geser antar agregat dan viscositas dari kohesi aspal. Kekuatan aspal terhadap tarik dan kekuatan inersia terhadap beban dinamis.

5. Stabilitas berasal dari interlocking (saling mengikat) antar agregat.

Itulah perbedaan metode Bina Marga dengan Asphalt institute, di Indonesia pada umumnya lebih sering menggunakan metode Bina Marga.

Posting Komentar untuk "PERBEDAAN METODE BINA MARGA (CQCMU) DENGAN ASPHALT INSTITUTE"